Bismillah. Dengan memohon taufik dan pertolongan-Mu ya Allah…
Tidaklah diragukan bahwa dakwah mengajak manusia ke jalan Allah merupakan suatu tugas yang mulia dan amalan yang sangat utama. Allah berfirman (yang artinya), “Dan siapakah yang lebih baik ucapannya daripada orang yang mengajak menuju (agama) Allah dan melakukan amal salih, dan dia mengatakan ‘Sesungguhnya aku termasuk dari kaum muslimin’.” (Fushshilat : 33)
Mengajak manusia untuk kembali ke jalan Allah dan menjadi hamba Allah merupakan jalan hidup Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam dan para pengikutnya yang setia. Allah berfirman (yang artinya), “Katakanlah; Inilah jalanku, aku menyeru menuju Allah di atas bashirah/ilmu yang nyata; inilah jalanku dan orang-orang yang mengikutiku. Dan mahasuci Allah, aku bukan termasuk orang-orang musyrik.” (Yusuf : 108)
Adalah keutamaan yang sangat besar ketika Allah berikan taufik kepada seorang insan untuk berilmu dan mengamalkannya kemudian mengajak manusia kepada kebenaran dan hidayah Islam. Allah berfirman (yang artinya), “Demi masa. Sesungguhnya manusia benar-benar berada dalam kerugian, kecuali orang-orang yang beriman, beramal salih, saling menasihati dalam kebenaran, dan saling menasihati dalam menetapi kesabaran.” (al-’Ashr : 1-3)
Dakwah adalah ibadah yang harus dimurnikan untuk mencari wajah Allah. Oleh sebab itu dakwah haruslah ikhlas karena-Nya. Allah berfirman (yang artinya), “Maka barangsiapa yang mengharapkan perjumpaan dengan Rabbnya, hendaklah dia melakukan amal salih dan tidak mempersekutukan dalam beribadah kepada Rabbnya dengan sesuatu apapun.” (al-Kahfi : 110)
Melakukan dakwah untuk memperbaiki keadaan manusia tidak bisa dilakukan kecuali dengan bekal pemahaman dan ilmu tentang Islam. Berbahagialah anda yang Allah berikan pemahaman tentang agama ini dan bisa mengajarkannya kepada orang lain. Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Barangsiapa yang Allah kehendaki kebaikan niscaya Allah pahamkan dia dalam hal agama.” (HR. Bukhari dan Muslim)
Perbaikan paling mendasar bagi kehidupan adalah dengan meluruskan aqidah dan memurnikan penghambaan kepada Allah. Inilah misi utama dakwah para rasul yang Allah utus ‘alaihimus sholatu was salam. Allah berfirman (yang artinya), “Dan sungguh telah Kami utus kepada setiap umat seorang rasul yang mengajak; Sembahlah Allah dan jauhilah thaghut.” (an-Nahl : 36)
Meluruskan jalan hidup manusia untuk tunduk kepada syari’at dan hukum Allah adalah dengan mengokohkan keimanan dan menumbuhkan amal salih dalam kehidupan. Allah berfirman (yang artinya), “Barangsiapa yang melakukan amal salih dari kalangan lelaki atau perempuan dalam keadaan beriman niscaya Kami berikan kepadanya kehidupan yang baik, dan benar-benar Kami akan berikan balasan kepada mereka dengan pahala untuk mereka yang lebih baik dari apa yang telah mereka amalkan.” (an-Nahl : 97)
Mengajak kepada hidayah adalah gerbang menuju kebahagiaan di dunia dan di akhirat. Allah berfirman (yang artinya), “Maka barangsiapa yang mengikuti petunjuk-Ku niscaya dia tidak akan tersesat dan tidak pula celaka.” (Thaha : 123). Yaitu tidak tersesat di dunia dan tidak akan celaka ketika di akhirat, sebagaimana tafsiran Ibnu ‘Abbas radhiyallahu’anhuma.
Dakwah merupakan jalan menuju kemuliaan umat Islam. Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Sesungguhnya Allah memuliakan dengan Kitab ini -al-Qur’an- beberapa kaum dan akan merendahkan kaum-kaum yang lain dengannya pula.” (HR. Muslim)
Kemuliaan yang tidak bisa diraih kecuali dengan belajar dan mengajarkan kebaikan demi kebaikan yang telah dijelaskan di dalam al-Qur’an. Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Sebaik-baik kalian adalah yang mempelajari al-Qur’an dan mengajarkannya.” (HR. Bukhari)
Seorang yang mendakwahkan Islam maka sesungguhnya dia sedang mengajak menuju pintu surga. Sebagaimana orang yang belajar Islam menempuh jalan menuju surga. Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Barangsiapa menempuh jalan untuk mencari ilmu (agama) maka Allah akan mudahkan baginya jalan menuju surga.” (HR. Muslim)
Islam mengajak manusia untuk takut kepada Allah dengan landasan ilmu. Semakin dalam ilmu tentang Allah maka semakin besar rasa takutnya kepada Allah. Allah berfirman (yang artinya), “Sesungguhnya yang merasa takut kepada Allah diantara hamba-hamba-Nya hanyalah orang-orang yang berilmu.” (Fathir : 28)
Ilmu yang menumbuhkan rasa takut kepada Allah akan membuahkan kemuliaan dan ketinggian derajat. Allah berfirman (yang artinya), “Allah akan mengangkat orang-orang yang beriman diantara kalian, dan orang-orang yang diberikan ilmu berderajat-derajat.” (al-Mujadilah : 11)
Dakwah membutuhkan ilmu sebagaimana ia juga membutuhkan keikhlasan. Tanpa ilmu maka seorang akan berdakwah dengan kebodohan, dan tanpa keikhlasan seorang akan berdakwah untuk tujuan-tujuan rendah dan hina. Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Sesungguhnya amal-amal itu dinilai dengan niatnya. Dan sesungguhnya bagi setiap orang balasan sebagaimana apa yang dia niatkan…” (HR. Bukhari dan Muslim)
Dakwah membutuhkan kecintaan karena seorang yang berdakwah ingin mengajak saudaranya kepada kebaikan. Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Tidak sempurna iman salah seorang dari kalian sampai dia mencintai bagi saudaranya apa-apa yang dia cintai untuk dirinya.” (HR. Bukhari dan Muslim)
Dakwah membutuhkan ittiba’/konsisten di atas tuntunan Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam. Allah berfirman (yang artinya), “Katakanlah; Jika kalian mengaku mencintai Allah maka ikutilah aku, niscaya Allah akan mencintai kalian dan mengampuni dosa-dosa kalian.” (Ali ‘Imran : 31)
Dakwah juga memerlukan sifat kasih sayang. Allah berfirman (yang artinya), “Sungguh telah datang kepada kalian seorang rasul dari kalangan kalian sendiri, terasa berat baginya apa-apa yang menyusahkan kalian, sangat bersemangat untuk kebaikan kalian, dan kepada orang-orang beriman dia memiliki belas kasih dan penyayang.” (at-Taubah : 128)
Dakwah pun membutuhkan sifat ihsan. Allah berfirman (yang artinya), “Dan berbuatlah kebaikan/ihsan sebagaimana Allah berbuat ihsan kepadamu.” (al-Qashash : 77)
Dakwah pun membutuhkan kesadaran untuk membantu sesama. Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Allah senantiasa bersama seorang hamba selama dia berusaha membantu saudaranya.” (HR. Muslim)
Dakwah pun membutuhkan tawakal dan pertolongan Allah. Sebagaimana dalam ayat yang selalu dibaca oleh setiap muslim (yang artinya), “Hanya kepada-Mu kami beribadah dan hanya kepada-Mu kami meminta pertolongan.” (al-Fatihah : 4)
Dakwah harus ditegakkan di atas wahyu, dan bukan semata-mata bermodal perasaan atau keinginan. Allah berfirman (yang artinya), “Dan dia -Muhammad- itu tidak berbicara dari hawa nafsunya, tidaklah yang dia ucapkan melainkan wahyu yang diwahyukan kepadanya.” (an-Najm : 3-4)
Dakwah tidak bisa lepas dari ketakwaan. Allah berfirman (yang artinya), “Barangsiapa yang bertakwa kepada Allah niscaya Allah berikan kepadanya jalan keluar dan Allah akan berikan kepadanya rezeki dari arah yang tidak disangka-sangka.” (ath-Thalaq : 2-3)
Dakwah butuh kesabaran. Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Sesungguhnya Allah apabila mencintai suatu kaum maka Allah akan memberikan cobaan kepada mereka.” (HR. Tirmidzi)